sebuah sumur tua yang banyak meninggalkan cerita misteri. Padahal sudah beberapa kali sumur tua yang berada di kebon suwung itu akan dihilangkan atau dibinasakan.
Namun setiap kali akan memulainya, para tukang baru saja babat-babat rumput di sekitarnya saja sudah merasakan ketidakenakan pada tubuhnya, sehingga para tukang jatuh sakit dan mengurungkan niatnya untuk menguruk sumur tua itu.
Mereka pun minta maaf pada si empunya sumur di kebun suwung itu, karena tidak mampu melaksanakan tugas.
Si empunya kebon suwung pun hanya bisa memaklumi dan minta, jika nanti sudah sehat agar secepatnya mengerjakan perintahnya. Para tukang pun mengangguk, meskipun dalam hati berat sekalu untuk melaksanakan tugas tersebut.
Memang para tukang merasakan aroma mistis tersendiri manakala akan mengerjakan perintah menutup sumur yang satu ini. Ada keanehan yang menjadikan badan sekujur terasa meriang dan gemetar bukan kepalang.
Tugas yang satu ini pun belum terealisasi sampai sekarang, sehingga sumur tua itu tetap ada di sana. Malah kemudian banyak yang menggunakanya untuk keperluan sehari-hari saat kemarau tiba dan saat sulit air.
Jika ada orang lewat ingin cuci tangan dan kaki, juga sering mampir ke situ untuk mrngambil air di sumur tua itu. Tapi mengapa si nyonya pemilik sumur tua itu bersikeras untuk melenyapkannya, meski kegunaannya sangat besar dan bermanfaat bagi masyarskat di sekitarnya?
Rahasia itu pun terbongkar saat dua orang peronda yang jatah malam Jumat Kliwon tengah berkeliling mengambil jimpitan dan berpatroli. Seperti biasa mereka mampir untuk berbasuh di sumur tua itu.
Kedua peronda itu dibuat kaget bukan kepalang, karena di sudut sumur tua itu ada penampakan seorang wanita yang sedang mandi dengan cara langsung digrujuk.
Kedua peronda tersebut pun lari pontang-panting menuju gardu tempat para peronda bertemu. Sambil terengah-engah mereka menceritakan kejadian yang ada di sumur tua tersebut.
Ternyata selama ini si pemilik sumur tua sudah mengetahuinya dan ia merasa terganggu karena setiap malam Jumat Kliwon selalu melihat ada wanita cantik sedang mandi di sumur tua miliknya.
Lalu setelah berembug, pemilik sumur pun mengadakan pengajian sambil memohonkan agar ditenangkan hatinya, tidak dibayangi wanita cantik yang mandi di sumur tua.
Setelah itu, penampakan wanita cantik penunggu sumur tua tadi tak pernah terhiraukan warag. Sumur tua itu tetap ada disana dan masyarakat juga sudah tahu ada penunggunya seorang wanita cantik. (Sebagaimana dikisahkan Wijaya Heru Santosa di Koran Merapi)
