Cerita tentang kisah misteri yang dialami Kasilah sungi Tangkil
Ia ingin jadi sinden kondang melakuka ritual di Kedung Monggang. Tercapakaikah keinginannya?
Bukan rahasia lagi jika Kedung Monggang di aliran sungai Tangkil yang airnya sangat jernih itu menjadi jujugan banyak perempuan.
Kebanyakan dari mereka adalah perempuan yang bercita- cita menjadi pesinden.
Banyak terjadi, pesinden yang semula tidak tenar, menjadi kondang setelah beberapa kali melakukan ritual mandi berendam di kedung tersebut pada tengah malam.
Konon, pada malam- malam tertentu, orang pada mendengar suara merdu mendayu- dayu dari seorang pesinden.
Melantunkan tembang Jawa seperti Mijil, Pangkur, Dandanggula, Kinanthi, Sinom, dan sebagainya.
Siapakah pesinden yang melagukan tembang Jawa tersebut?
Tidak ada satu orang pun yang tahu dan berani memastikan.
“Mungkin Mbak Kasilah, yang nembang di tengah malam buta itu”, ujar Pak Margo, warga yang rumahnya tidak jauh dari lokasi kedung tersebut yang kemudian diperlakukan sebagai jurukunci tempat wingit itu.
“Siapa pun yang ingin bertirakat disini, mangga. Semoga saja tidak bernasib seperti Mbak Kasilah”, ujar Pak Margo kepada seorang tamunya,
seorang perempuan yang ingin melakukan ritual mandi berendam di kedung Monggang malam itu.
Kepada tamunya Pak Margo berceritera, limabelas tahun lalu, seorang perempuan mengaku bernama Kasilah datang kepadanya.
Ingin bertirakat mandi berendam di kedung Monggang. Berharap banyak keinginannya menjadi waranggana kondang cepat terwujud.
“Ya mangga. Tapi ini kan musim hujan. Tiap saat bisa turun hujan lebat”, ujar Pak Margo kala itu, mengingatkan.
Namun yang diingatkan adreng, tidak peduli. Ingin secepatnya menjadi pesinden tenar. Banyak job.
Otomatis pundi- pundinya cepat menggelembung. Apa pun kondisi saat itu, tidak diperhitungkan.
Kasilah nekat, nyemplung ke kedung, akan mandi berendam.
Benar juga kata Pak Margo. Menjelang tengah malam hujan turun amat deras.
Air bagai dicurahkan dari langit. Tak ayal hal tersebut membuat kali Tangkil banjir.
Air yang biasanya jernih berubah menjadi coklat mirip jamu parem.
Pagi- pagi benar Pak Margo mendengar suara hiruk- pikuk. Warga menemukan jasad Mbak Kasilah dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Tersangkut tiang sebuah jembatan, lima kilometer di selatan Kedung Monggang.
“O…begitu ceriteranya? Mungkin Mbak Kasilah sudah menjadi pesinden di alam sana, ya Pak?”, ujar tamunya.
“Bisa jadi begitu”, jawab Pak Margo singkat. – Semua nama samaran – (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *