KEMATIAN adalah misteri, karena tak ada ang tahu kapan datangnya. Bahkan bisa menjadi cerita misteri, jika arwah orang yang meninggal memberi tanda-tanda khusus pada orang yang dikenalnya.
terjadi pertengahan Februari lalu, ketika gerimis turun menjelang Magrib, mega berubah mendung. Sepertinya akan hujan deras malam itu. Kilat sesekali tampak menyambar cakrawala petang. Aku saksikan melalui jendela kaca ruang tengah rumah.
Aku menyeduh teh hangat untuk petang yang dingin. Dari dalam ruang tengah kulihat ibu setengah baya di teras. Aku keluar rumah untuk memastikan siapakah itu. Ternyata di teras rumah ada Bu Rasmi tetanggaku yang tinggal di gang sebelah.
“Oh, Bu Rasmi, kapan pulang dari Lampung?” tanyaku ramah pada tetanggaku itu.
“Baru saja, Neng. ibu numpang berteduh dulu, ya. Hujan mulai turun,” pintanya dengan tatapan kosong.
“Iya, Bu. Sudah Magrib, Silakan masuk rumah saja, Bu,” ajakku karena kasihan dia tampak pucat.
“Di sini saja, Neng,” imbuh Bu Rasmi.
“Kalau begitu, aku buatkan teh hangat, ya, Bu. Cuaca kurang bersahabat, dingin,” tawarku pada tetangga yang baik hati ini.
“Boleh, Neng,” senyum Bu Rasmi kaku.
Aku masuk ke dalam rumah dan menyeduh segelas lagi teh hangat. Saat aku keluar rumah hendak menyuguhkan segelas teh hangat tersebut, Bu Rasmi sudah tidak ada di teras rumah. Mungkin ia langsung bergegas menuju rumahnya ke gang sebelah mumpung gerimis mereda.
Sebelum masuk kembali ke dalam rumah, kulihat iring-iringan lewat depan rumahku.
Ada tetangga-tetanggaku yang lain juga dalam rombongan itu.
“Eh rombongan apa ini?” Tanyaku pada salah satu tetanggaku.
“Jenazah Bu Rasmi pulang,” katanya.
“Jenazah?” Aku keheranan.
“Iya, pesawat yang beliau tumpangi kecelakaan beberapa hari lalu. Kamu enggak nonton berita di TV?” jelasnya.
Aku jarang nonton berita di TV, sibuk kerja juga jarang cek berita di sosial media.
Sekalipun nonton berita, manalah aku tahu itu pesawat ditumpangi Bu Rasmi. Tunggu…, apa? Bu Rasmi? Segelas teh hangat dalam genggamanku pun terjatuh.