Kematian tak wajar sering meninggalkan cerita misteri di kemudian hari.
Begitu pula dengan cerita misteri kali ini, tentang anak kecil yang tewas kecelakaan akibat terperosok ke dalam kkus.
Setiap hari Sabtu Wage tepat terjadinya kecelakaan, roh si anak tersebut mintaa dikirim sesaji. Bagaimana jika lupa tidak dikirim?
Suasana pagi masih sepi. Mbah Wagiman (bukan nama sebenarnya) kaget, kupingnya mendengar suara…bluuung! Ternyata kakus model jumbleng miliknya yang berada di pekarangan belakang rumahnya, amblong.
Tanpa ampun, Darto (nama samaran), cucu laki-lakinya yang baru berumur empat tahun tercebur kedalamnya. Pagi itu Darto sedang BAB di atas jumbleng tersebut. Nyawa cucu kesayangan Mbah Wagiman itupun tidak terselamatkan.
Kebanyakan warga dusun tersebut memang masih favorit dengan kakus model jumbleng. Alasannya murah dan mudah membuatnya. Jika jumbleng sudah penuh, tinggal membuat jumbleng penggantinya, di bagian pekarangan yang lain.
Maklum, banyak warga masih memiliki tanah pekarangan yang luas.
Kejadian Darto tertelan jumbleng tersebut sudah puluhan tahun berlalu. Namun bagi Mbah Wagiman, peristiwa kelam itu masih menyisakan duka yang mendalam yang sulit dilupakan.
Karena ketleyek butuh, tanah pekarangan milik Mbah Wagiman itu sepetak demi sepetak diiris, dibeli oleh warga pendatang.
Pekarangan yang rimbun pepohonan itu sedikit demi sedikit berubah menjadi beberapa petak rumah. Salah satunya rumah milik Pak Pangeran (nama samaran).
Rumah Pak Pangeran kebetulan bagian dapurnya tepat berada di bekas jumbleng yang pernah menewaskan Darto.
Suatu pagi Pak Pangeran menjumpai hal yang tidak wajar. Sekilas dia melihat penampakan seorang bocah laki-laki jongkok di pojok dapur. Dalam sekejap penampakan itu hilang.
Namun meninggalkan sesuatu yang baunya teramat sangat menusuk hidung. Tidak lain tidak bukan ternyata seonggok tinja manusia.
Sorenya Pak Pangeran wadul ke Mbah Wagiman, bekas pemilik tanah. Dari Mbah Wagiman Pak Pangeran mendapat penjelasan, hari Sabtu Wage adalah hari geblaknya Darto.
Pada hari tersebut Mbah Wagiman selalu menyediakan “cadong” untuk cucu kesayangannya. Berupa kembang setaman dilengkapi dengan makanan kesukaan Darto ketika masih hidup.
Antara lain jenang gempol, bubur areh, kacang rebus, dan minuman camcao sirup.
“Ya ampuuun…saya lupa sak-plengan. Kemarin itu ternyata hari Sabtu Wage, hari geblaknya Darto. Saya lupa tidak menyediakan “cadong” untuk cucu saya,” ujar Mbah Wagiman. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *