Cerita Misteri Mencari Pesugihan dengan Mencuri Kain Kafan Orang Meninggal di Hari Jumat Kliwon

Banyak orang bilang, bila ingin cepat kaya curi saja kain kafan (mori) dari orang yang baru meninggal pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.

Hal itu menjadi syarat ritual pesugihan kain mori yang dipercaya sejak zaman dulu meski kemudian sering diikuti dengan berbagai cerita misteri.

Beban hidup yang menghimpit keluarga dan rasa penasaran, membuat Parman (bukan nama sebenarnya), seorang nelayan warga desa Kawunganten, mengambil jalan pintas.

Ia sudah mengincar mayat seseorang yang merninggal hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon dengan maksud untuk mengambil kain kafan sebagai media pesugihan.

Dia mengikuti jalan itu seperti yang pernah dilakukan temannya yang sekarang menjadi kaya raya.

Berbulan-bulan Parman menunggu dan tak jarang menyelidiki, mencari informasi hingga ke kampung sebelah, kalau-kalau ada yang meninggal di hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.

Hingga akhirnya dia menemukan yang diharapkan.
“Beruntung sekali, yang meninggal anak kecil, sehingga aku bisa dan berani mengambil kain kafannya,” kata Parman dalam hati.

“Jika saja yang meninggal orang sudah dewasa, mungkin aku tak sanggup mengambilnya. Karena si mayat tidak akan mungkin rela ‘selimutnya’ diambil. Dia akan mempertahankan kain mori itu sehingga aku harus berkelahi dengannya di liang kubur,” lanjut Parman.

Setelah mendapatkan kain kafan mayat, Parman pun langsung menyimpannya di dalam almari, sambil menunggu waktu yang tepat untuk memulai ritual mendatangkan kekayaan.

Aneh bin ajaib, selang beberapa bulan, Parman pun bisa memiliki kapal besar penangkap ikan sendiri, hasil lelang dari Bandar kaya di daerahnya.

Tapi sayang, sifat serakah tak pernah hilang dari hatinya. Malam Jumat Kliwon kurang tiga hari, niat hati ingin membakar sumbu pesugihan itu, kapal ikannya tenggelam akibat badai dan ombak ganas dan tak bisa terselamatkan.

Tak hanya itu, rumah Parman beserta perabotannya terbakar habis saat kompor gas yang sedang dipakai memasak istrinya meledak.

Parman benar-benar kecewa, bahkan stres. Kini dia kembali lagi menjadi orang miskin yang hidup menumpang pada orang lain. (Seperti dikisahkan Rhestri di Koran Merapi) *

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *