mandi dipercaya menjadi tempat nyaman bagi makhluk halus untuk tinggal. Karena itu, sering ada pesan jangan suka berlama-lama di kamar mandi. Dan cerita misteri kali ini juga tentang kamar mandi, yang membuat bulu kuduk berdiri.
Saat itu waktu menunjukkan pukul setengah enam sore menjelang Maghrib, dosen kelas kami telah selesai memberi materi. Dan kami juga bersiap untuk pulang.
Kelas yang kami gunakan berada dilantai 3. Aku dan temanku Alif berencana pulang bersama, karena Alif ikut bonceng dengan motorku. Tapi sebelumnya Alif ingin buang air kecil lebih dulu di kamar mandi di dalam kampus.
“Aku tak ke kamar mandi dulu ya,” ujarnya sambil langsung ngibrit ke kamar mandi.
Aku hanya mengiyakan saja, karena kebetulan masih menyalin beberapa cacatan yang ditinggal oleh Pak Dosen.
Setelah selesai mencatat, aku langsung menuju kamar mandi untuk menghampiri Alif. Kala itu keadaan kamar mandi sepi senyap bahkan saat jalan menuju ke lokasi kamar mandi tak kulihat seorang pun. Mungkin karena sudah terlalu larut dan tidak banyak kelas malam jadi suasana begitu sepi.Aku lihat salah satu pintu tertutup dan kudengar suara keran mengalir.
“Lif? Kok lama sekali ta,” tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandi.
“Tunggu,” kudengar suara jawaban dari seberang pintu kamar mandi.
Lagi mules kali ya, pikirku saat itu. Kemudian sambil menunggu Alif, akupun mencoba mau main HP biar tidak bosan. Saat kulihat layar HP, baru kusadari ternyata aku mendapat notifikasi WA sekitar 15 menit lalu telah masuk.
Langsung saja kubaca pesan itu dan membuatku kaget serta merinding. Pesan tersebut berasal dari Alif yang mengatakan dia sudah menunggu di parkiran.
Lalu siapa yang di dalam kamar mandi? Aku mendengar dengan jelas pemilik suara itu mirip sekali suara Alif. Bulu kuduk sudah merinding sendiri, meski mungkin saja yang di dalam kamar mandi adalah orang lain.
Setengah sadar, kaki langsung melangkah keluar untuk kabur dari kamar mandi. Tapi sebelum tepat aku keluar kudengar pintu kamar mandi itu terbuka dan seseorang berkata “Sini…”
Tanpa basa-basi aku langsung ngibrit berlari sekencang mungkin, tanpa memikirkan entah itu suara siapa. (Seperti dikisahkan Ayu Fatimah di Koran Merapi)