Tumbal Pesugihan Monyet 3: Rantai Besi Melilit Anak-anak yang Dijadikan Budak

IYAH heran mengapa dirinya dilarang hamil lagi oleh Mbah Waloyo. Tak tahu maksudnya, Iyah pun bertanya, “Mengapa Mbah?”

Mbah Waloyo menatap wajah Iyah lekat–lekat, “Karena anak dalam kandunganmu akan berujung dijadikan tumbal oleh suamimu.”

“Kalau kamu tidak percaya dengan perkataanku, masuklah dalam ruang kerja suamimu. Di sanalah kamu bisa mendapat jawaban,” lanjut Mbah Waloyo.

Malam harinya, Iyah memutuskan untuk mencari kebenaran di dalam ruang kerja suaminya. Kedua tangan Iyah gemetaran saat membuka pintu. Aroma kotoran monyet langsung menusuk hidung.

Ruangan itu ternyata dihuni oleh beberapa kawanan monyet yang dikandang dengan kandang berlapis emas. Di sudut ruangan ada ubo rampe dan nyala kemenyan.

“Apa yang dikatakan emak merupakan sebuah kebenaran. Kang Jarni melakukan pesugihan monyet,” gumam Iyah.

Mendadak dadanya sesak saat melihat makhluk besar berbulu hitam seperti monyet raksasa sedang memakan seonggok daging yang berbentuk seperti ari–ari bayi.

Iyah membalikkan badan tidak mau melihat makhluk mengerikan itu. Namun, di belakangnya sudah ada monyet raksasa yang lain. Makhluk itu berjalan mendekat.

Iyah sangat ketakutan sampai terkencing–kencing.
“Ampun…” pinta Iyah.

Ternyata, monyet itu hanya lewat saja tanpa menganggunya. Namun, Iyah melihat tangan kanan dan kiri makhluk itu menggenggam rantai besi yang panjang.

Rantai besi terlilit di leher anak laki–laki yang jumlahnya cukup banyak.
“Cepat jalan, kalian para budakku,” perintah makhluk itu.

Iyah baru sadar, jika anak laki–laki yang terlilit rantai besi adalah para tumbal yang dikorbankan Kang Jarni.

“Kurang ajar kamu Kang Jarni, anak–anak tanpa dosa seperti mereka kamu korbankan menjadi tumbal,” batin Iyah.

Iyah keluar ruangan dengan air muka merah padam penuh kemarahan. Ia keluar dari rumah dengan mengendarai motor, dan membawa jerigen.

Saat Kembali jeriken sudah terisi bensin. Ia menyirami ruang kerja suaminya dengan bensin. Kemudian dia bakar ruang itu.

“Aku harap kamu juga mati terbakar Kang Jarni,” ucap Iyah lalu meninggalkan rumah itu. Habis (Seperti dikisahkan Fitriati Arina Manasikana di Koran Merapi)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *