Sebuah kisah horor Kusrin punya penyakit komplikasi mengubur dirinya sendiri, setelah itu sering melihat hantu seram-seram.
Kusrin sudah lama menderita penyakit komplikasi. Bila sakit yang dideritanya kambuh, seolah-olah obat tiada gunanya lagi.
Dia senantiasa menjerit-jerit dan menangis. Lantaran dia tiada kuasa menanggung sakit yang menyerang sekujur tubuhnya.
Saudara-saudara Kusrin yang berjumlah 7 orang, sering membantu biaya pengobatan Kusrin mengingat kondisi finansialnya yang rendah.
Apalagi sebagian besar saudara Kusrin adalah orang berada. Ada yang berprofesi tentara, polisi, hingga guru.
Sementara Kusrin sendiri hanyalah petani sementara istrinya ibu rumah tangga biasa. Lantas dua anak Kusrin masih usia sekolah.
Konon dahulu di masa mudanya, Kusrin pernah ikut mendaftar tentara. Tepatnya didaftarkan tentara oleh kakak pertamanya yang sudah jadi tentara.
Namun karena Kusrin memiliki riwayat darah tinggi, dia pun tidak lolos seleksi. Sejak Kusrin sakit-sakitan, Marni sang Istrilah yang menopang perekonomian rumah tangga.
Marni rela menjadi buruh tani dan bekerja serabutan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Lantaran hal tersebut, Kusrin sebagai kepala rumah tangga merasa gagal. Lambat laun Kusrin pun digelayuti depresi.
Ketika sakit dan depresi berkoalisi, Kusrin pun kehilangan akal sehatnya. Kusrin ingin mati saja. Namun Kusrin yang masih percaya agama, tidak berani melakukan bunuh diri.
Lebih-lebih Kusrin tidak mau bila aib bunuh dirinya membuat malu keluarga dan sanak saudaranya.
Maka pada suatu tengah malam, di saat anak dan istrinya sudah tertidur pulas, begitu pula dengan seluruh warga desa, Kusrin keluar rumah dengan langkah sempoyongan.
Di depan sawah milik orang tuanya yang persis terletak di tepi jalan desa, Kusrin memaku langkah. Terdiam beberapa saat.
Tak lama kemudian, Kusrin melompat ke sawah lalu menuju gubuk. Dari gubuk, Kusrin mengambil cangkul. Lalu dicangkullah tanah.
Lubang memanjang yang dibuat Kusrin hanya dangkal saja sebab tenaga Kusrin yang sedang sakit pun pasti sangat lemah.
Setelahnya Kusrin membaringkan tubuhnya di lubang tersebut lalu menimbun tubuhnya dengan tanah cangkulan.
Memejamkan matanya, Kusrin berharap kedamaian. Pikir Kusrin, dengan mengubur dirinya sendiri, ia bermaksud mengundang kematian.
Esok harinya, beduk Subuh belum ditabuh kala Marni geger mencari keberadaan suaminya. Masyarakat desa yang masih rekat tali persaudaraannya, segera memberi pertolongan. Mereka bergotong-royong menemukan Kusrin.
Masyarakat desa akhirnya menemukan Kusrin di sawah dalam keadaan pingsan. Mereka segera membawa Kusrin ke Puskesmas. Saat Kusrin tersadar dari pingsannya, ia menanyakan pertanyaan aneh.
“Aku ada di mana? Apakah aku sudah mati? Mengapa banyak hantu di sini?”
Marni yang mendengar pertanyaan suaminya, langsung merinding. Sejak saat itu, Kusrin sering mengaku kepada istrinya bahwa ia sering melihat hantu-hantu yang seram.
Beberapa bulan kemudian, Kusrin akhirnya meninggal. (Seperti dikisahkan Endang Sri Sulistiya di Koran Merapi) *